Beberapa hari ini isteriku cemburu karena aku selalu posting tentang dia, seorang wanita yang aku terima kabar terakhirnya dari seorang teman jika dia telah meninggal dunia. Wajarlah jika isteriku cemburu karena aku memposting tentang sosok wanita lain, tapi tenang saja wahai sayangku, hatiku saat ini esok dan hingga nanti semua milikmu seutuhnya Inshaa Allah. Walaupun ada sekeping masa lalu yg masih tersimpan dan menjadi bagian dari diri aku sekarang itu tak akan mungkin hilang tapi biarkanlah dia disana itu hanyalah kepingan masa lalu, masa yg tak akan mungkin kembali dan terulang kembali, dan maafkan sayangku jika aku menceritakan ini agar menjadi cermin ibrah buat aku bahwa dahulu ada seorang wanita yang hadir dan membentuk pribadi aku agar menjadi laki-laki yang lebih baik dan istimewa yang sedang kamu pandang saat ini walau saat itu aku tak pernah menyadarinya....dan belum memahaminya....
Namanya Mia.. ceritanya cukup panjang bagaimana aku mengenal dia hingga menjadi pacarku, aku tak akan bercerita bagaimana aku menjadi pacarnya tapi aku akan menceritakan kisah bagaimana aku mengenal sifatnya, karakternya dan berbagai hal tentangnya ketika kami masih berpacaran. Walaupun dia mungkin takkan pernah membaca tulisan ini tapi biarlah aku menulis sekelumit cerita ini bahwa dia pernah hadir dan mengisi kehidupan aku.
Mia adalah seorang yang ekspresif jika dia marah dia tidak peduli waktu dan tempat. Pernah dia marah sama aku, aku lupa sebabnya kenapa, maklumlah sudah puluhan tahun itu berlalu, Saat itu dia marah besar denganku, coba bayangkan aku disambitnya dengan sepatu heels dan kamu tau dimana aku disambitnya? di Zebra Cross yg cukup rame orang menyebrang, luar biasa bukan ya itulah dia jika sudah marah. Dan yang pasti bukan tanpa alasan dia melakukan itu. Siapa yang salah? sudah pasti aku.
Dia juga seorang yang sedikit protective walaupun aku tau maksudnya baik, hanya saja saat itu aku sedang senang-senangnya main-main entah kosa kata apa yg tepat untuk kata “bergrajulan”, aktifitas nongkrong sana sini hingga pulang dini hari bersama teman-temanku dan itu sering membuat dia marah, jika sudah marah terkadang hp aku silent agar tidak mendengar ocehan panjangnya, berisik tau!!. saat itu diriku sering ngoceh sendiri kalau sudah kena omelannya.
Dan sekarang aku faham bahwa maksudnya sangat baik dan penuh intisari didalamanya, biarlah itu menjadi pelajaran hidup buatku agar tidak menyia-nyiakan masa muda dan mengisinya dengan kegiatan positif, ikut pengajian misalnya agar lebih memahami bahwa hidup tidak melulu tentang sendah gurau dan permainan, tidak melulu tentang dunia tapi ada akhirat nanti.
Tidak pernah kulihat dia menenteng dengan tangan kosong jika sedang berkunjung atau bahasa kerennya “Ngapel” yang pasti dia akan membawa sesuatu entah itu buah-buahan atau kue untuk orang rumah, sangat berlawanan sekali dengan aku yg kalau main kerumahnya tidak membawa apa-apa mala kadang dia yg membelikan dan aku yg membawa kerumahnya agar “terkesan” aku yg bawa itu semua.
Aku bukannya pelit tapi saat itu aku memang tidak punya apa-apa dan dia cukup mampu dari pendapatan pekerjaannya.
Jika aku ada panggilan interview dia pasti mengajak aku belanja kemeja baru di “Executive” alasannya agar penampilan aku terlihat rapi saat interview. 2 merk yang selalu jadi langganan dia, yaitu jika untuk pakaian kerja pasti belanjanya di “executive” dan untuk santai di “Giordano”. dan dia seneng sekali membeli kaos tshirt atau polo couple, duh kadang aku bertanya-tanya anak panti asuhan mana sih aku ama dia hingga pakai kaos aja kembaran, and the point is dia memahami aku kalau aku bukan cowok romantis karenanya dia melakukan seperti itu karena jika dari aku sendiri mana mungkin kefikiran hal-hal seperti itu.
Pernah aku menegurnya agar tidak usah bawa sesuatu kalau main kerumah tapi sepertinya hanya dianggap angin lalu olehnya dan selanjutnya bisa ditebak dia tetap bawa tentengan. Dasar “kepala batu”.
Gayanya cuek sedikit tomboy, jika jalan ke mall hanya dengan kaos, celana pendek tak lupa sendal jepit beserta tas favorite abu-abu charles and Keith’nya. Walau terkadang jika lagi “Kesambet” dia bisa jadi cewek yg luar biasa feminin dengan make up dan tatanan rambut hasil nyalon yang membuat aku risih karena ga terbiasa melihatnya.
Rumput tetangga lebih hijau dari rumput halaman sendiri mungkin itu pribahasa yang cocok disematkan ke aku waktu itu, punya pacar cantik dan baik tapi tidak bersyukur.
Satu hal yang hingga saat ini tak pernah aku lupakan karena dia selalu rajin menjenguk ayahku yang dirawat dirumah sakit, biasanya selepas pulang bekerja dia pasti mampir kesana selain karena satu jalur pulang kerumahnya tapi memang dia cukup perhatian dengan keluargaku, karenanya dia selalu disayang keluarga dirumahku.
“Manusia bodoh” syair lagu itu sangat tepat jika dinyanyikan untukku, manusia bodoh yang diberi kesempatan oleh Tuhan dengan dihadirkannya seorang wanita untukku tapi aku mala melihat ciptaan-Nya yang lain, Aku meninggalkannya dengan beribu alasan. Yang membuatnya berteriak histeris dan kecewa yang teramat sangat, Euforia kebahagiaan yang kamu bawa saat datang tak sebanding dengan rasa sakit yang aku tinggalkan.
Gengaman yang aku lepaskan menyisakan tangan yang seperti kehilangan pegangan.Bahu yang kokoh ini kini bukan lagi tempatmu bersandar dan berlindung, kini semua itupun menjauh dan semakin menghilang ditelan waktu. Dan aku tahu akan butuh waktu sangat lama sampai kamu siap tidak lagi memandangku dengan cara yang sama, tidak lagi berbicara denganku dengan terbata-bata, tidak lagi merasakan sakit setiap kali berpapasan, hanya saja sama seperti jatuh cinta, sakit hati tidak pernah menunggu sebuah kesiapan. Mau tidak mau, siap tidak siap beginilah kenyataan yang
harus kamu hadapi. Aku bukan lagi skema dalam kebahagiaanmu.
Kamu bahkan muak dengan segala kalimat “semua akan indah pada waktunya” atau “akan ada yang lebih baik”. Kalimat itu hanya topeng, hanya kalimat yang aku katakan pada diri sendiri. Bagaimana menyedihkannya seseorang yang berusaha meyakinkan dirinya bahwa dia akan baik-baik saja?
Waktu pun berlalu tak pernah kuterima kabar darinya apalagi ditengah kesibukan pekerjaan dikota yang berbeda, kini aku sudah menikah dengan wanita yang bukan penyebab aku pergi darinya, karena wanita yang membuat aku pergi jauh darinya mencampakanku karena mencari yang lebih baik dari aku mala bukannya berjuang bersama, Karma itu nyata.
Tak lama setelah aku menikah kudengar kabar dia menikah. Ya, sejak berpisah denganku dia memutuskan berhijab dan lebih mendekatkan diri ke Sang pemilik hati. Kini dia rajin mengikuti pengajian -pengajian, hingga jodohnya pun berasal dari sana.Barakallahu...sedangkan aku masih disibukan oleh urusan dunia.
Sempat adik perempuanku yang seorang perawat memberitahu aku jika Mia sedang menjalani Kemoterapi disalah satu rumah sakit, dia terkena kanker yang dulu mungkin sudah dia rasakan, aku melihat tapi tidak memperdulikan itu, ya aku melihatnya ketika “datang bulan” acap kali datang dia seperti tersiksa sekali terkadang hingga sujud-sujud dilantai apakah mungkin itu tandanya tapi entahlah karena aku bukanlah dokter.
Hingga suatu hari kuterima kabar terakhir darinya dari sebuah komen di status social mediaku seorang teman memberitahukan bahwa Mia sudah meninggal dunia tadi malam dirumah sakit dan dikuburkan keesok harinya. Dadaku langsung bergetar hebat, langkah kakiku terasa goyah. Kenapa berita itu harus aku terima sekarang ketika aku sedang dalam perjalanan business trip ke India. Apakah ini firasatku tadi malam? sebab tadi malam aku tidak dapat memejamkan mata untuk istirahat padahal seharian full beraktifitas yang menguras energiku seharusnya mataku sudah terpejam dalam lelapnya tidur.
Kenapa sekarang aku peduli setelah dia meninggal? kenapa harus sekarang ketika dia sudah tiada, mungkin masih banyak pertanyaan yang ditujukan kepadaku dan mungkin banyak orang terdekatnya menyalahkanku bahkan mungkin menghujatku jika membicarakan tentang aku. Aku memang sedang tidak mencintainya saat ini, tapi aku tetap memiliki rasa itu untuknya aku ingin tetap yang terbaik untuknya, ada atau tidak ada aku sekalipun dan ketika hal ini terjadi aku jatuh dalam penyesalan dan rasa bersalah.
Aku yang selalu menyakitinya tatkala seribu kebaikan yang dia berikan aku yang selalu egois padahal sejuta perhatian dia curahkan. Meskipun sekarang aku tak lagi dapat menatap wajahnya maka izinkan aku melantunkan doa untuknya “Allahummaghfirlaha warhamha wa ‘afiha wa’fuanha.” Semoga Allah mengampuninya, merahmatinya, memberikan keselamatan dan memaafkan kesalahannya. Amin Allahumma amin....
Maafkan aku yang mengabaikanmu dahulu dan terima kasih atas segala kebaikan dan pelajaran tentang menjaga hubungan baik dengan pasangan,keluarga dan orang lain.
- Bogor 26 Jan 2019
