Kadang saya membayangkan
bagaimana kalau seandainya setiap warga Indonesia bisa merasakan tinggal dan
bekerja di negara maju dan modern seperti di Negara Jepang. Saya rasa ketika pulang ke negerinya mereka
akan merasa aneh dan janggal dengan keadaan negerinya sendiri, kenapa bisa
begitu? Karena ini adalah sedikit pengalaman saya pribadi dan teman-teman saya
yang pernah sama-sama tinggal, belajar dan bekerja disana.
Bagi saya pribadi pengalaman saya
tinggal disana merupakan pengalaman yang membentuk pola fikir dan sikap saya
dalam bertindak,berkata dan menyingkapi keadaan serta situasi. Terkadang banyak
sekali benturan-benturan dalam berprilaku dengan masyarakat dinegeri sendiri
ketika saya mencoba mempraktekan apa yang saya pelajari dan dapatkan selama di Negara
jepang. Tapi, semua itu tergantung pada
diri saya sendiri ingin bersikap idealis seperti di Jepang atau terpaksa
mengikuti kebiasaan yang sudah ada di negeri sendiri. Walau mungkin itu
bertentangan dengan hati nurani saya.
Jepang merupakan Negara yang
segala sesuatu serba teratur jadi kita tidak bisa seenaknya melakukan sesuatu sekarepnya dewe, ambilah contoh paling
sederhana yaitu membuang sampah, dinegara kita sebenarnya sudah ada aturan yang
benar tentang pembuangan dan pengelolahan sampah salah satunya adalah dinegara
kita banyak sekali anjuran dan informasi tentang jenis sampah organic dan
anorganic. Ditempat umum pemerintah kita sudah sangat benar menyediakan tempat
atau bak sampah untuk 2 jenis sampah tersebut. Tapi pada kenyataannya kita bisa
menyaksikan sendiri masyarakat kita membuang sampah tanpa memikirkan jenis
sampah tersebut terutama sampah dalam lingkungan rumah tangga. Jangankan
membuat sampah menurut jenis sampah tersebut membuang sampah pada tempatnya
saja belum semua orang dalam masyarakat kita melakukan seperti itu maka wajar
jika Indonesia termasuk salah satu negara yang kotor dengan sampah.
Saya pernah mengalami sampah saya
tidak diangkat berhari-hari oleh petugas kebersihan di Jepang dikarenakan
didalam plastik sampah saya ada sampah yang tercampur dikarenakan hari itu waktunya
sampah rumah tangga seperti bekas sayur dan lain-lain tapi didalamnya ada
kaleng bekas softdrink. Setelah saya memilah-milah sampah tersebut barulah
petugas kebersihan mengangkut sampah saya tersebut, Oh ya satu hal lagi
dijepang ada aturan-aturan kapan hari membuang sampah menurut jenis atau
kelompoknya. Semisalnya, hari senin sampah rumah tangga, hari berikutnya sampah
kaleng dan hari berikutnya sampah elektronik/kimia contohnya bekas battery dan
seterusnya jadi tidak ada ya mungkin yang namanya pengumpul atau pencari barang
bekas sampah atau yang biasa masyarakat bilang “Tukang Beling”. Dan yang uniknya iuran pembayaran uang sampah pun
bukan pada petugas kebersihan tersebut atau mungkin pengelolah lingkungan
komplek kita atau dengan pak RT sekalipun. Tapi, pada plastic sampah bertanda
khusus yang dijual di setiap supermarket.
Padahal agama mengatakan annadho
fattu minnal iiman kebersihan adalah sebagian dari iman tapi pada kenyataanya
hal yang sederhana dalam agamapun masyarakat kita yang mayoritas muslim pun
belum bisa mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama dalam kota
besar seperti Jakarta. Jika saja kita mau mengikuti aturan yang berlaku tentang
sampah banyak sekali manfaat yang kita bisa dapatkan selain lingkungan menjadi
sehat dan bersih.
Jadi tidak perlu wakil rakyat
yang study banding ke luar negeri dan ujung-ujungnya plesiran saja dan banyak
menghabiskan uang rakyat kenapa tidak rakyat Indonesia saja bergantian pergi
kesana. Karena jika belum terjun langsung mereka tidak akan pernah merasakan
manfaat dari keteraturan dari hal yang sederhana seperti sampah.
0 comments :
Post a Comment